Biografi George Simmel
Simmel merupakan seorang tokoh yang lahir di Berlin
pada tahun 1858. George simmel merupakan seorang anak dari pedagang yahudi kaya
yang masuk Kristen. Simmel tumbuh dan berkembang menjadi anak yang mandiri,
Ayah simmel meninggal ketika ia masih kecil, dan hubungan dia dengan ibunya
tidak terlalu memiliki kedekatan. Sesudah kematian ayahnya, seorang teman keluarga itu diminta untuk menjaga
Georg, dan kekayaan berupa uang yang ditinggalkan oleh pengasuhnya itu
memungkinkan dia untuk mempertahankan suatu gaya hidup borjuis yang enak,
meskipun selama karirnya dia tidak berhasil memperoleh uang.
Simmel merupakan sosok intelektual yang cemerlang. Simmel menerima gelar doctor
dari Universitas Berlin pada tahun 1881, dan mulai mengakar di sana pada tahun
1885 . Dia juga merupakan sosok pengajar yang cemerlang terkait pengetahuan
dari berbagai hal, dan konsep mengajarnya. Ketika dia mengadakan perkuliahan
yang menghadirinya tidak hanya mahasiswa, tetapi seringkali kaum elit
intelektual berlin menghadirinya. Hal itu dikarenakan kemampuan intelektual
yang dimiliki simmel membuat orang lain kagum. Meskipun pengetahuannya luas,
kecemerlangan mengajar dan mengadakan perkuliahan, serta mutu tulisannya yang
baik, pengakuan professional terhadap simmel selama kehidupan profesionalnya
itu sangatlah minim. Selama lima belas tahun dia tetap berposisi sebagai dosen
privat, yakni dosen yang tidak dibayar yang gajinya berdasarkan pembayaran
mahasiswa. Kemudian dia menerima gelar professor luar biasa, tetapi hanya
merupakan kehormatan belaka tanpa kompensasi. Simmel akhirnya meninggalkan
universitas berlin tahun 1914, untuk menerima posisi sebagai professor penuh
pada universitas Strasbourg, namun malang kehidupan akademisnya segera terhenti
Karena pecah perang pada saatitu. Selama karir intelektualnya simmel mengemukakan berbagai teori. Simmel menjadi terkenal pada mulanya karena pemikirannya tentang
bentuk-bentuk interaksi, selain itu simmel juga mengemukakan teorinya The
Philosophy Of Money dan tragedi kebudayaan. Simmel meninggal
dunia pada tahun 1918, dengan meninggalkan karya tulis yang tersebar. Dalam
bidang sosiologi, pusat perhatiannya terarah pada proses interaksi yang
dianggapnya sebagai ruang lingkup primer sosiologi dan perkembanganya.
Selanjutnya ia menyelidiki masalah solidaritas dan konflik yang dikaitkanya
dengan besar kecilnya kelompok.
1. Teori Interaksi.
Simmel memandang bahwa interaksi itu
memiliki peran yang penting dalam kehidupan. Simmel juga melihat bahwa salah satu tugas sosiologi adalah memahami interaksi
antar individu. Salah satu teori yang dikemukakan oleh simmel
dan masih terkait dengan interaksi adalah Teori Simmel mengenai ‘masyarakat sebagai proses
interaksi’. Menurut Pandangannya, masyarakat dapat
terbentuk karena adanya interaksi, bukan adanya kelompok orang yang hanya diam. Menurut Simmel dalam interaksi tidak memementingkan berapa
jumlah orang yang berinteraksi, yang penting adalah adanya interaksi. Jadi,
melalui interaksi timbal balik, dimana individu saling berhubungan dan saling
mempengaruhi, maka masyarakat itu akan muncul.
2. The Philosophy Of Money
Karya
yang juga cukup terkenal juga dari simmel adalah The Philosophy Of Money (Teori
filosofi Uang). Dalam Karyanya ini Simmel memusatkan perhatian pada kemunculan
perekonomian uang dalam masyarakat modern yang terpisah dari individu dan
mendominasi individu. Dalam karyanya The
Philosophy Of Money, Simmel menyatakan bahwa uang
dapat menyebabkan perubahan pola interaksi. Misalnya, pada zaman dahulu, ketika
belum terdapat uang maka orang akan melakukan kegiatan ekonomi (jual beli)dengan cara barter, tetapi
setelah kemunculan uang sebagai alat tukar, masyarakat merasa lebih mudah
melakukan kegiatan ekonomi dan transaksi perdagangan, karena membawa uang jauh
lebih mudah dan praktis dibandingkan dengan cara lama yaitu barter yang
dianggap lebih rumit dan standarnya yang tidak jelas. Pertukaran ekonomi
menurut Simmel juga merupakan suatu interaksi sosial. Ketika transaksi moneter
menggantikan barter, maka terjadi perubahan penting dalam bentuk interaksi atau
pelaku sosial dalam kehidupan masyarakat.
Dalam
pengamatan Simmel, manusia modern telah menjadikan uang sebagai tujuan utama,
padahal sebetulnya uang hanya merupakan sarana. Bersamaan dengan itu, muncullah
dampak-dampak negative terhadap individu, seperti sinisme. Dampak ekonomi
lainnya adalah reduksi nilai-nilai dalam kehidupan manusia, misalnya : banyak
manusia yang menilai sesuatu banyak berdasarkan uang, dan menganggap uang
adalah segala-galanya. Selain menunjukkan dampak negative dari fenomena uang,
Simmel juga menegaskan semua yang terkait dengan uang termasuk dampak negative
nya juga tergantung pada manusia itu sendiri. Akan tetapi dia juga mengatakan
bahwa uang hanyalah sarana, bukan tujuan utama.
Jadi
Secara garis besar, dalam karyanya Philosophy Of Money Simmel mencoba
menganalisis mengenai pengaruh adanya uang sebagai alat tukar terhadap
perubahan gaya hidup manusia.
3. Tragedy kebudayaan
Sebab
utama meningkatnya kesenjangan ini adalah meningkatnya pembagian kerja di
masyarakat modern(Oakes, 1928:19). Meningkatnya spesialisasi
dalam kehidupan masyarakat mengarah pada perbaikan kemampuan untuk menciptakan
beragam komponen dunia budaya. Namun, pada saat yang sama, individu yang
terspesialisasi kehilangan pemahaman tentang kebudayaan total dan kehilangan
kemampuan untuk mengendalikannya.
Ketika
kebudayaan obyektif tumbuh dan mulai mengalami perubahan, kebudayaan individu
sirna. Misalnya
: bahasa sebagai keseluruhan totalitas semakin berkembang begitu
pesat, namun kemampuan linguistic individu tertentu justru mengalami
kemerosotan. Ekspansi besar-besaran kebudayaan obyektif
membawa efek cukup besar pada pola dan irama kehidupan. Secara umum, ketimpangan yang
menjadi ciri khas dari epos awal ini meningkat dan di dalam masyarakat modern digantikan
oleh pola kehidupan yang jauh lebih konsisten. Misalnya : terjadinya peningkatan
kebudayaan, yaitu begitu tingginya peningkatan
kebudayaan modern. Contoh lain, misalnya : sumber informasi yang dulu masih sulit didapat dan dijangkau oleh masyarakat, sekarang
menjadi lebih mudah dan tersedia sepanjang waktu karena
tersedianya internet, buku dan majalah.
Birgitta
Nedelmann menjelaskan Tragedy kebudayaan dalam
konteks yang lebih luas, dia menawarkan tafsir menarik
tentang tragedy kebudayaan dalam konteks yang disebutnya sebagai tiga masalah kebudayaan Simmel :
a. Masalah pertama adalah nestapa budaya. Ini
adalah akibat dari konflik antara individu sebagai pencipta kebudayaan dengan
bentuk-bentuk budaya yang bersifat tetap dan tanpa batasan waktu yang
mereka hadapi. Kalau individu harus memenuhi kebutuhannya dengan menciptakan
bentuk-bentuk budaya, pemenuhan tersebut semakin tidak mungkin terjadi, paling
tidak sebagian karena system budaya… tertinggal di belakang perkembangan
kreativitas manusia’ ( Nedelmann, 1991:175). Respon individu terhadap dilemma
ini adalah dengan mawas diri menyepi. Hal ini mengarah pada individualisasi
kreativitas budaya. Namun nestapa terjadi karena kreativitas bagi seseorang
tidak pernah memuaskan sebagaimana penciptaan bentuk budaya yang lebih besar.
b. Masalah kedua adalah kerancuan budaya. Dalam
hal ini Simmel membedakan gaya denganseni. Gaya terkait dengan generalitas
dengan ‘ elemen-elemen objek artistic yang sama’. Gaya melibatkan objek yang
diciptakan oleh pengrajin, misalnya kursi atau gelas. Sebaliknya seni terkait
dengan singularitas, dengan ‘ keunikan dan individualitas’. Namun manusia
modern’ menciptakan ketidakteratuan di ranah estetik’ dengan melihat ‘ objek
kerajinan seolah-olah sebagai karya seni, namun ketika keduanya dicampurkan
kemungkinan bagi terciptanya keseimbangan individu pada akhirnya berubah
menjadi kondisi ideal yang tidak dapat direalisasikan.
c. Masalah ketiga adalah masalah tragedy
kebudayaan. Nedelmann menawarkan tafsir menarik terhadap gagasan ini. Ia
menujukkan ini adalah satu tragedy, ketimbang sekedar kesedihan karena
kehancuran social adalah akibat niscaya dari logika imanen
3. Pengaruh Jumlah Pada Bentuk
Minat
Simmel pada dampak jumlah orang terhadap kualitas interaksi dapat dilihat dalam
bahasanya tentang perbedaan antara dyad atau kelompok yang terdiri dari
dua orang dan triadatau kelompok yang terdiri dari
tiga orang. Bagi Simmel terdapat perbedaan antara dyad dantriad karena orang ketiga menyebabkan
perubahan radikal dan fundamental. Anggota keempat dan seterusnya membawa
dampak yang hampir sama dengan masuknya anggota ketiga. Simmel berpendapat
bahwa unit terkecil dalam kehidupan manusia yang menjadi ruang lingkup
perhatian sosiologi adalah dyad. Bentuk dyad memiliki keunikan seperti
pepatah yang mengatakan bahwa berdua itu sepasang. Keunikan dalam hubungan dyad yaitu dalam hubungan tersebut
satu orang hanya berhadapan dengan satu orang saja, maka kebutuhan tertentu,
keinginan, karakteristik pribadi dari teman lain itu dapat ditanggapi dengan
lebih sungguh-sungguh daripada dalam kelompok yang lebih besar. Akibatnya
hubungan dyadmenjadi intim dan unik secara
emosional yang tidak mungkin terjadi dalam bentuk sosial lain yang lebih besar.
Selain keunikan hubungan dyad ini ternyata juga memiliki
kekurangan karena bisa menimbulkan eksklusif dan rentan konflik.
Bentuk triad memiliki kemungkinan besar
memperoleh makna di luar individu yan terlibat. Triad berpotensi melahirkan struktur
kelompok. Akibatnya, terjadi ancaman yang lebih besar bagi individualitas
anggotanya. Triad memungkinkan membawa dampak
pelevelan umum pada anggotany. Masuknya pihak ketiga dalam kelompok, sejumlah
peran sosial menjadi mungkin. Sebagai contoh, pihak ketiga dapat memainkan
peran sebagai penengah atau mediator pada perselisihan dalam kelompok, tetapi
pihak ketiga dapat juga memanfaatkan perselisihan antar dua pihak yang lain
demi keuntungannya sendiri atau menjadi sasaran yang dapat diperebutkan dua
pihak lain. Anggota ketiga pun dapat secara sengaja mendorong terjadinya
konflik antar dua pihak lain untuk memperoleh superioritas (memecah belah dan
menguasai).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar